MINUT, Titikkomanews – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Balai Pemantauan Gunungapi dan Mitigasi Bencana Gerakan Tanah Sulawesi dan Maluku menggelar kegiatan sosialisasi mitigasi bencana geologi.
Kegiatan sosialisasi yang berlangsung Selasa 7 Mei 2023 di Hotel The Sentra Maumbi, Kabupaten Minahasa Utara, dihadiri perwakilan BNPB dan diikuti oleh Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Sulut, Kadis ESDM Sulut, Kadis Perkim, Kadis Kehutanan serta Karo SDA Provinsi Sulawesi Utara.
Kepala Balai Pemantauan Gunungapi dan Mitigasi Bencana Gerakan Tanah Sulawesi dan Maluku, Debby Juliana D J Rumambi, memimpin kegiatan sosialisasi. Narasumber yang dihadirkan adalah penyidik Bumi Madya di PVMBG-Badan Geologi Novie Noor Afatia dan Penyidik Madya Badan Geologi Kementerian ESDM, Hetty Triastuti.
Sementara, Hetty Triastuti Penyidik Madya Badan Geologi Kementerian ESDM mengaku tak bisa hadir secara langsung akibat adanya penutupan bandara, hanya dapat menyampaikan materi secara daring. Dimana, Hetty membeber potret Gunung Api di Indonesia (GAI), Bahaya Gunung Api, sejarah pemantauan GAI, peralatan pemantauan GAI, peran pemerintah dalam pemantauan GAI, dan secara update menyampaikan kronologi hasil pemantauan terhadap status gunung ruang Sitaro yang menyebabkan bencana erupsi terhadap masyarakat di Kepulauan Tagulandang serta membuka catatan sejarah erupsi gunung ruang dan gunung Awu yang juga berstatus level III.
Dikatakan Hetty Triastuti, jika gunung api aktif di Indonesia sebanyak 127. Terbagi antara tipe A sebanyak 77 dan kategori tipe B 29 dan tipe C ada 21 Gunung Api. Untuk tipe C ini kemungkinan akan ada ratusan jumlahnya, dan masih akan direvisi karena berdasarkan pemantauan, terdapat ratusan gunung api tipe C di Indonesia.
“Dengan mengambil pelajaran dari gunung Sinabung di Kabupaten Karo Sumatra Utara, kami juga memantau sejumlah gunung api aktif lainnya, termasuk gunung Klabat (di Kabupaten Minahasa Utara) juga yang kita pantau aktivitasnya karena masuk dalam kategori gunung api aktif,” katanya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Minut Theodore Lumingkewas menanyakan terkait gunung Klabat di Kabupaten Minahasa Utara, apakah sudah ada alat pemantauan, sehingga bisa memitigasi dampak yang akan terjadi.
Menjawab pertanyaan BPBD Minut, Hetty Triastuti mengaku akan melakukan kroscek report data aktivitas gunung Klabat dan siap memberikan pendampingan sosialisasi mitigasi bencana.
“Untuk Klabat itu, akan dicek, karena untuk alat itu, masih akan di cek lagi. Sebab, itu bantuan kerjasama dengan pihak luar tapi sejauh ini belum dapat datanya terkait dengan gunung Klabat. Waktu itu juga ada gempanya, tapi sayangnya bukan terkait dengan aktivitas gunung Klabat tapi lebih banyak dengan struktur-struktur, tapi akan saya carikan report sebelumnya khusus untuk gunung Klabat di Kabupaten Minahasa Utara,” kata Hetty menjawab pertanyaan Kepala Pelaksana BPBD Minut sembari menyebut jika pihaknya bersama tim pemantau gunung api yang akan diterjunkan ke Gunung Ruang di Sitaro dan gunung Awu di Sangihe siap memberikan pendampingan sosialisasi mitigasi khusus untuk gunung Klabat di Kabupaten Minahasa Utara.
Debby Juliana D J Rumambi Kepala Balai Pemantauan Gunungapi dan Mitigasi Bencana Gerakan Tanah Sulawesi dan Maluku, kepada wartawan media ini saat sesi makan siang, mengaku jika peran media sangat penting dalam mensosialisasikan kepada masyarakat terkait mitigasi bencana geologi. (**)
Penulis: Sweidy Pongoh